Nikmatnya Pelecehan Di KRL, Wanita Jilbaber Jadi Sasaranku!

Transportasi massal seperti Kereta Listrik (KRL) dan Kereta Diesel (KRD) merupakan primadona bagi sebagian besar warga Ibukota. Namun pelayanan angkutan murah meriah tersebut masih saja mengabaikan keselamatan, moral mau pun etika penumpangnya.Ratusan ribu warga Ibukota Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang setiap hari menggunakan jasa angkutan KRL. Karena selain memang murah, dengan KRL penumpang yang sebagian besar karyawan, mahasiswa dan pelajar bisa mencapai tujuan dengan lebih cepat ketimbang angkutan umum lainnya seperti bis kota, yang sering kali terjebak dalam kemacetan.Namun tragisnya, jangan pernah berharap nyaman naik KRL khususnya bagi kaum hawa. Banyak penumpang wanita kerap menjadi korban pelecehan sexual. Kasus pelecehan seksual yang kemarin, aku lakukan terhadap seorang wanita jilbaber di KRL jurusan Jakrata – Bogor. Meski menjadi korban pelecehanku, tetapi wanita cantik yang alim itu tidak bisa berbuat apa-apa, sebab waktu itu kereta penuh sesak karena orang-orang sedang pulang kerja dan wanita itu hanya ketakutan melihat wajahku dan dia coba SMS temannya.Pelecehan seksual itu terjadi selama dalam perjalanan aku lakukan terhadap perempuan berjilbab itu. Aku melakukan aksi pelecehan seksual di saat penumpang kereta berjubel dan banyak berdiri. Malam itu aku menanti KRL dari Jakarta ke Depok di stasiun Manggarai. Kereta pertama datang tapi penuh sekali sehingga aku tak bisa masuk. Kulihat juga seorang wanita berjilbab mencoba naik tapi dia gagal juga sebab kereta memang sedang penuh-penuhnya dan tak ada selah untuk masuk. Wanita cantik berjilbab dan bercelana ketat itu terpaksa turun lagi.”Penuh mbak,” kataku dan mendekatinya. ”Ya, mas, ”jawab wanita jilbaber ini. ”Kita naik kereta berikutnya saja. Kayak agak kosong, ”kataku lagi. Tak lama kemudian Kereta berikut datang. ”Cepat naik mbak,” kataku sambil mendorong punggung wanita jilabab itu. Kemudian kupegang kedua bahu wanita alim ini dari belakang sambil merapatkan tubuhku ke tubuhnya yang montok, padat dan sintal itu. Potur wanita alim ini cukup tinggi sekitar 160 cm dan aku sendiri bertinggi 168 cm. Jadi kontolku tepat menempel di pantat wanita berjilbab yang montok ini. Cara melakukan pelecehan sungguh memungkinkan sekali. Walau di tempat keramaian, petualang seksualku dapat berjalan lancar sebab KRL sedang penuh-penuhnya, aku terus menggesek-gesekkan kontolku ke pantat penumpang wanita berjilbab yang sama-sama berdiri berhimpit denganku ini.”Maaf ya, mbak, ”kataku sambil memeluk pinggang kiri wanita alim ini. Kontolku bertambah ngaceng dan aku makin merapat sebab penumpang terus bertambah. ”Pulang kerja mbak?” ,tanyaku sambil masih tetap memeluk pinggangnya. ”Ya”, katanya dengan suara gemetar entah karena takut entah karena terangsang. ”Tinggal dimana?”, tanyaku lagi. ”Bogor”, jawabnya singkat. Selama ngobrol itu badanku tetap merapat dengan badannya yang montok itu. Sasaran pelecehan seksual ku ini adalah wanita muda, tentunya saja cantik dan bodi menggairahkan. Kontolku makin tegang, apalagi dengan ditambah goyangan-goyangan KRL ini. Aku seperti orang gila bila sedang melancarkan aksiku ini. Wanita yang sedang menjadi korban pelecehan sexualku ini sadar dan mengerti kalau dirinya tengah dijadikan sasaran pemburuan nikmat syahwatku. Selama dalam perjalanan aku terus menjalankan aksiku dengan memeluk tubuhnnya dari belakang sambil sekali-kali meremas tetek wanita jilbaber ini dan kadang juga memeknya dari luar celana panjang ketatnya. Meski kadang jilbaber ini berusaha menghindari tapi aku terus memepetnya sambil terus aku gesek-gesekkan kontolku ke pantat jilbaber ini sampai aku akhirnya ejakulasi. Puas mengeluarkan maniku, aku segera menuju pintu keluar. Sampai di Depok aku turun dan meninggalkan wanita berjilbab yang tidak sempat kukenal namanya itu. Aku juga tidak tahu dia sudah punya suami atau belum, tapi pengalaman itu tak dapat aku lupakan. Kurasa wanita jilababer itu juga begitu.